Mengapa kelompok
ternak kambing sering kali tidak berjalan dengan baik?
Banyak kelompok ternak kambing tidak dapat berjalan bahkan
akhirnya bubar. Hal-hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya
sebagai berikut.
1. Kelompok ternak kambing didirikan hanya untuk memperoleh
bantuan pemerintah. Anggota kelompok ternak kambing yang seharusnya para
peternak kambing, pada kenyataannya bukan peternak kambing yang sesungguhnya.
Pada saat ada bantuan kambing dari pemerintah, umumnya dibentuk kelompok dadakan
di desa-desa. Anggota kelompok ternak tersebut tidak seluruhnya pemelihara
kambing. Setelah mendapat bantuan, kebanyakan dari mereka menjual kambingnya
sebelum kambing beranak.
2. Terjadi salah manajemen yang dilakukan oleh pengurus
kelompok ternak kambing. Misalnya, terjadi penyelewengan keuangan oleh pengurus
kelompok. Hal ini memicu anggota kelompok lainnya untuk melakukan kecurangan
yang sama. Sebagai contoh, pengurus menjual kambing milik kelompok dengan dalih
meminjam, tetapi tidak dikembalikan sehingga anggota kelompok lainnya ikut
menjual kambing kelompok.
3. Pembinaan kelompok bersifat individual, yaitu hanya
kepada pengurus tidak kepada seluruh anggota kelompok. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja kelompok.
4. Pengembangan kelompok ternak hanya mengandalkan jalur
struktural dan lemah dari pengembangan aspek kulturalnya sehingga pengurus dan
anggota tidak memiliki sikap berorganisasi meskipun wadahnya sudah terbentuk.
5. Pengembangan kelompok diyakini akan terjadi jika dukungan
material cukup misalnya dengan memberikan bantuan kambing
6. Kualitas sumber daya manusia (peternak) masih rendah,
baik dalam pengetahuan maupun keterampilan beternak kambing. Selain itu,
lemahnya manajemen usaha, pemasaran, dan soft skill juga mempengaruhi kualitas
sumber daya manusia.
Bagaimana solusi
mengatasi persoalan kelompok ternak yang tidak berjalan dengan baik?
Untuk mengatasi persoalan tersebut, solusi yang dapat
dilakukan antara lain sebagai berikut.
1. Anggota kelompok yang diikutsertakan harus seorang
peternak kambing.
2. Pembinaan kelompok harus berimbang antara pembinaan yang
bersifat teknis peternakan, cara wirausaha, dan pembinaan moral atau akhlak.
3. Pembinaan kelompok harus berimbang antara pembinaan
struktural dan kultural.
4. Pembinaan kelompok dilakukan dengan pendekatan yang
melibatkan seluruh anggota kelompok bukan hanya pengurus.
5. Pembinaan kelompok dilakukan berkelanjutan hingga
kelompok dinyatakan mandiri. Jika suatu kelompok gagal dalam mengembangkan
usahanya, sebaiknya dibantu oleh instansi terkait.
6. Para pelaku pembinaan kelompok harus bekerja dengan penuh
dedikasi tanpa mengharapkan imbalan dari kelompok.
Bagaimana contoh pembinaan kelompok ternak yang baik?
Contoh pembinaan kelompok pembibitan kambing adalah dengan
pembinaan pengembangan usaha pembibitan kambing melalui suatu kelompok ternak
kambing yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Pembinaan Teknis
Pembinaan teknis dilakukan oleh tim teknis
dinas provinsi, kabupaten, atau kota terhadap kelompok peternak yang menyangkut
hal-hal sebagai berikut.
a. Aspek pelaksanaan kegiatan
pengembangan pembibitan (pemilihan lokasi/kelompok peternak, pemilihan bibit
ternak, pemeliharaan, perkawinan, pencatatan, dan sertifikasi).
b. Aspek pengawasan dan
pengendalian pelaksanaan kegiatan.
c. Aspek pengembangan pembibitan kambing.
2. Pembinaan Kelembagaan
Pembinaan kelembagaan dilakukan dalam
rangka meningkatkan usaha kelompok agar berkembang menjadi gabungan kelompok,
koperasi, atau usaha berbadan hukum lainnya. Penguatan kelembagaan mutlak
dilakukan melalui dinamisasi aktivitas kelompok, kemampuan memupuk modal,
kemampuan memilih bentuk, dan memanfaatkan peluang usaha yang menguntungkan dan
pengembangan jaringan kerja sama dengan pihak lain.
3. Pembinaan Usaha Kelompok
Pembinaan usaha kelompok difokuskan kepada
usaha pembibitan kambing. Selain itu, pembinaan dapat dikembangkan menjadi
jenis usaha lainnya yang dapat membantu pengembangan usaha pembibitan kambing.
4. Pembinaan Mental Kerohanian
Pembinaan kerohanian para anggota kelompok
sangat penting untuk dilakukan. Hal ini karena berkaitan dengang sifat dan
akhlak dari para anggota. Pembinaan kerohanian tersebut dilakukan melalui
pengajian atau kegiatan keagamaan lainnya yang dipimpin oleh tokoh agama.
Apakah indikator dari keberhasilan pembinaan
kelompok?
Contoh indikator keberhasilan pengembangan pembibitan
kambing dapat diukur dari beberapa aspek, antara lain sebagai berikut.
1. Aspek Teknis
Indikator keberhasilan yang
meliputi aspek teknis dalam usaha pembibitan kambing yaitu sebagai berikut.
a. Meningkatnya populasi dan mutu
bibit kambing.
b. Terciptanya sentra atau kawasan
sumber bibit kambing yang berkualitas.
2. Aspek Kelembagaan
Indikator keberhasilan aspek kelembagaan
dalam usaha kelompok kambing yaitu sebagai berikut.
a. Terbentuknya gapoktan (gabungan kelompok
tani), koperasi, dan usaha berbadan hukum lainnya.
b. Menguatnya kelembagaan pembibitan
kambing.
3.
Aspek Usaha
Indikator keberhasilan aspek usaha kelompok
kambing yaitu sebagai berikut.
a. Meningkatnya skala usaha kelompok.
b. Berkembangnya usaha agribisnis lainnya
pada kelompok tersebut.
4.
Aspek Moral
Indikator keberhasilan aspek moral yaitu tidak
adanya penyalahgunaan dalam pengelolaan kelompok ternak kambing.
Bagaimana proses atau tahapan peternakan kambing tradisional yang
sedang berkembang menuju sistem peternakan modern?
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan,
peternakan rakyat tradisional dapat dikembangkan menjadi modern melalui
kelompok ternak. Dengan membentuk kelompok, para peternak dapat memperkuat
permodalan.
Dengan berkelompok, dapat meningkatkan kepercayaan bank atau
pihak ketiga untuk memberi pinjaman modal dengan pembayaran sistem
"tanggung renteng". Dengan berkelompok, peluang melakukan kerja sama
dengan investor juga terbuka lebar. Selain itu, dapat meningkatkan kemampuan
manajemen usaha karena memperoleh fasilitas penyuluhan/bimbingan teknis dari
dinas peternakan. Dengan penyuluhan, SDM peternak lambat laun akan meningkat.
Bahkan, jika kelompok ternak sudah maju, dapat memperoleh bantuan cuma cuma
dari pemerintah, misalnya melalui program SMD (sarjana membangun desa). Bantuan
yang diberikan lewat program SMD mencapai dua ratus juta rupiah sehingga
kelompok menjadi lebih kuat lagi. Peternak kambing dapat membangun jaringan
sistem agribisnis dengan usaha kelompok. Menurut Saragih (1996), sistem
agribisnis kambing dibangun oleh empat subsistem, yaitu sebagai berikut.
1. Subsistem off farm hulu yang menyediakan sarana produksi.
2. Subsistem on farm yang melakukan budidaya.
3. Subsistem off farm hilir yang mengolah dan memasarkan
produk.
4. Subsistem jasa penunjang yang menyediakan jasa bagi
kelancaran agribisnis ternak kambing.
Menurut Saragih dan Sipayung
(2000), tahap pertama pembangunan agribisnis adalah pembangunan sistem
agribisnis yang digerakkan oleh faktor sumber daya alam dan tenaga kerja yang
kurang terdidik. Tahapan ini sering disebut ekstensifikasi. Pada tahapan faktor
ini, kegiatan subsistem hulu dan hilir belum berkembang secara optimal dan
kondisi agribisnis berada pada subsistem on farm yang didominasi oleh komoditas
primer tanpa pengolahan. Kondisi peternakan kambing saat ini masih berada pada
tahapan ini. Dengan adanya kelompok ternak diharapkan peternakan kambing rakyat
akan dapat melalui tahapan berikutnya.
Tahap kedua, pembangunan sistem
agribisnis digerakkan oleh capital driven, yaitu penggunaan input modal dan
tenaga kerja yang lebih terdidik. Tahap ini ditandai dengan berkembangnya
subsistem agribisnis hulu dan hilir sehingga penggunaan barang modal pada
subsistem on farm cukup besar. Pada tahapan ini pula, industri hulu yang
diperlukan berupa usaha pembibitan, pabrik pakan ternak, pabrik obat (juga
meliputi vaksin, vitamin, dan hormon), dan peralatan serta perlengkapan
kandang. Sementara itu, pada industry hilir telah tumbuh usaha yang memproduksi
berbagai produk yang berasal dari daging, kulit, dan bulu domba serta
pemasarannya, baik di dalam negeri maupun ekspor ke luar negeri. Jika industri
hulu dan hilir komoditas kambing telah berkembang dengan pesat, berarti telah
terjadi peningkatan keunggulan bersaing pada tahapan ini.
Untuk mencapai keunggulan
kompetitif (competitive advantage), pengembangan peternakan kambing harus
digerakkan oleh inovasi (innovation driven) dengan sumber daya manusia yang
terdidik (knowledge and skill labor base). Dengan demikian, sumber keunggulan
bersaing di era pasar bebas terletak pada penguasaan teknologi oleh sumber daya
manusia yang unggul dan terdidik. Jika tahapan ini dapat dicapai, produk-produk
yang berasal dari kambing hasil peternakan rakyat akan punya daya saing yang
tinggi. Innovation driven pada peternakan kambing dapat diimplementasikan dalam
tiga bidang, yaitu breeding, feeding, dan manajemen.